Author: ARP
Kudayung perahu kecil ini bersamanya, diatas danau nan tenang dihiasi pohon dan bunga bunga, kilauan di air akibat pantulan cahaya sang mentari menambah kesan romansa bersamanya, indah! Bahkan terlalu indah sampai ku terbangun mendengar suara alarm di HPku.
Aduuuh mengganggu mimpiku saja, pikirku segera mematikannya dan melihat jam yang tengah menunjukkan pukul 05.00, namun tak seperti dahulu, tak ada lagi pesan singkat bertuliskan selamat pagi atau jika tidak, akulah yang akan mengirim pesan untuknya, tapi jangankan mengirim pesan singkat, bahkan sekarang aku tidak tahu bagaimana cara mengucap Hai kepadanya.
Seperti biasa, setiap hari kulakukan aktivitas rutinku. Ya! Sekolah. Pagi ini aku agak terlambat karena harus membereskan buku pelajaran yang seharusnya kukerjakan semalam.
Aku biasa naik ojek langganan di pangkalan yang letaknya tak jauh dari rumah kost ini.
Tapi entah ada apa, baru kali ini ojek langgananku mogok, padahal baru setengah perjalanan. Pak Duloh tukang ojek turun dari motor.
"Neng, maaf ban motornya kempes". Jelas Pak Duloh.
"Lho?? Kok bisa begitu?? Lalu saya ke sekolah bagaimana dong? Sudah mau masuk jam pelajaran lagi" Sahutku panik.
"Hmmm.. Maaf ya neng, saran saya neng lebih baik naik bajaj saja, itu banyak yang sedang mangkal". Ujar Pak Duloh.
Memang ini jalan alternatif, tidak ada bis kota yang lewat, hanya ada sekumpulan bajaj yang sedang mangkal menunggu penumpang. Sementara di arah selatan tempatku berdiri terlihat seorang anak lelaki berseragam sama sepertiku. Oh ternyata Aloisius, anak paling nakal di kelasku. Terlihat ia sedang menyalakan rokok yang sudah terpasang di bibirnya. Tampaknya Aloysius juga mengetahui keberadaanku,
Ia memandangiku sejenak, kemudian lelaki itu hanya menaikkan alisnya ketika pandangan kami saling bertemu. Dasar anak nakal! Sudah mau masuk jam pelajaran juga masih santai-santai saja! Aku bergumam dalam hati, lalu membuang muka.
"Ya sudah pak, saya naik bajaj saja, saya duluan pak, sudah mau terlambat ini". Kataku sambil memberikan uang pas pada Pak Duloh sebagai ongkos, dan segera berlari menghampiri tukang bajaj terdekat.
"Bang Bajaj! Ke SMK Rawabegu ya!" seruku kepada abang tukang bajaj sambil masih setengah berlari.
"Ayo ayo neng naik!" kata abang tukang bajaj.
Aku segera naik ke bangku penumpang di belakang. Tak lama bajaj pun mulai berjalan.
Mendadak terlintas dalam lamunan, peristiwa satu tahun lalu, menaiki bajaj bersama dia, dimana saat itu kami baru selesai menonton bioskop, rencananya setelah nonton kami akan ke taman, tapi karena hujan deras yang mendadak turun, maka rencana dibatalkan dan memilih untuk pulang ke rumah masing-masing, dan tentu saja, dia harus mengantarku pulang terlebih dulu.
Karena tidak ada kendaraan saat itu, kami memutuskan untuk naik bajaj yang lewat saja. Berduaan dalam bajaj bersamanya, eh mungkin bertiga dengan supirnya? Tapi setidaknya kami hanya berdua di bangku belakang. Suasana menjadi terasa hangat, sementara diluar hujan lebat tengah mengguyur, cukup bisa dijadikan kenangan. Memang terdengar konyol, tapi, itu merupakan kenangan yang indah bagiku, dan mungkin bagi dirinya juga? Tuhan, apakah dia masih mengingat memori memori yang pernah kami lalui bersama?
"Neng sudah sampai ini di SMK Rawabegu." tiba tiba suara si abang tukang bajaj mengagetkan. Ternyata benar, kami sudah sampai di depan sekolahku.
"Oh i i iya bang, ini uang ongkosnya." jawabku sedikit kaget, seraya memberikan uang ongkos kepada si abang tukang bajaj. Aku segera turun, kulihat anak-anak di sekitar situ, mereka memperhatikanku, mungkin karena pemandangan anti-mainstream tadi, aku naik bajaj ke sekolah. Aku cuma nyengir meladeni mereka. Tak ada kata gengsi untuk sekolah. Hihihi.
Aku segera berlari memasuki gerbang, dan ternyata bel masuk pun berbunyi selang beberapa detik kemudian. Untunglah selamat.
-----
Aduuuh pusing sekali tadi pelajaran bu Sukijah! tapi untunglah bel istirahat segera berbunyi. Tapi memangnya jika istirahat mau apa? Paling seperti biasa hanya diam di kelas. Huh membosankan! Pikirku masih terduduk di bangku.
Aku memang dikenal sebagai murid yang pendiam di kelas, bagaimana tidak? Saat murid-murid perempuan kelasku sibuk bergosip ria, aku lebih senang memilih diam. Wajar jika aku hanya memiliki beberapa teman saja, itu-pun tidak terlalu akrab.
Oh ya! Tadi, saat aku menuju toilet, aku melihat Aloisius di ruang Bimbingan Konseling (BK) bersama Bu Mariam wali kelas kami dan beberapa guru BK, entah sedang apa mereka, sepertinya Aloisius berulah lagi. Tapi ya sudahlah, bukan urusanku. Aku teringat kejadian tadi pagi. Lagian sudah mau masuk jam pelajaran juga, eh malah sempat-sempatnya merokok. Aku bergumam dalam hati menggerutu si Aloisius.
"Devita, ke kantin yuk!" tiba-tiba terdengar suara ajakan dari arah belakangku.
"Tidak ah, gung, aku sedang malas keluar kelas." Aku menjawab ajakan lelaki jangkung itu. Agung namanya. Ia sahabatku.
"Lho? Kok begitu? Kebiasaan kamu dev setiap aku ajak ke kantin pasti nolak, ada apa sih? Apa kamu sedang sakit?" Tanya Agung langsung menyimpan telapak tangannya di keningku, seraya mengukur suhu tubuhku.
"Apa-apaan sih kamu, gung, aku baik-baik saja kok." Aku segera menjauhkan tangan Agung dari keningku. Untung saja tidak ada orang yang lihat. Menurutku, ia adalah orang yang sembrono, tapi lepas dari sifatnya yang konyol itu, Agung adalah sosok Sahabat sejati bagiku.
"Ya sudah, kita diam di depan kelas saja, bagaimana?" Agung kembali mengajakku. Kulihat wajah Agung sejenak kemudian menganggukan kepala pertanda setuju. Kami melangkah ke luar kelas.
Aku berpikir bahwa Agung memang sangat perhatian terhadapku, bahkan lebih perhatian daripada pacarku dulu.
Di luar kami hanya duduk-duduk, menonton para siswa yang tengah bermain basket di lapangan. Agung duduk di sebelahku. Mataku mulai menyapu seisi lapangan, sampai akhirnya terhenti ketika melihat 'si kapten basket' sedang beristirahat di sisi lapangan seberang sana. Ya tuhan, aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Tak lama, terlihat seorang siswi menghampirinya. Kemudian gadis itu memberikan sebotol minuman dingin dan sapu tangan pink-nya. Nampak perhatian sekali.
Dulu aku juga pernah berada di posisi gadis itu, tapi aku tidak pernah memberikan minuman dingin jika 'ia' baru selesai main basket. Sebagai anggota ekskul Kader Kesehatan Remaja (KKR) aku mengerti, hal itu tidak baik untuk kesehatan, dan aku selalu memperingatkannya. Lalu, apa mungkin gadis modis itu kekasih barunya? Entahlah, lagipula sekarang aku tidak punya hak untuk cemburu. Lama-lama mataku mulai perih juga melihat mereka 'pamer' kemesraan.
Ehh tapi, tunggu dulu. Aku seperti mengenal gadis itu! Bukankah itu Ericha? Aku terkejut sampai-sampai mengerutkan dahi mengamati gadis di seberang lapangan itu. Ia mengingatkanku pada Ericha, sahabatku bersama Agung sewaktu SMP dulu.
Apa itu benar-benar Ericha? Sejak kapan ia kembali? Sepertinya aku baru melihat dia di sekolah ini? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan dalam pikiranku. Sekarang gadis itu juga mengamatiku dari kejauhan. Aku segera berdiri, bergegas masuk ke dalam kelas meninggalkan Agung sendirian. Huh menyebalkan!
Bersambung...
-----
Maaf kalau jelek, cuma coba-coba nulis aja. Ini cerita pertama karya saya yang dipost di blog. ^^
Mohon kritik dan saran.
Salam kepada seluruh blogger indonesia ^_^
Terima kasih sudah membaca
By: ARP
arifrian0.blogspot.com